PENAFSIRAN FUQAHA TENTANG KLASIFIKASI AQAD
Dalam kitab-kitab fiqh terdapat
banyak bentuk akad yang kemudian dapat dikelompokkan dalam berbagai variasai
jenis-jenis akad. Secara garis besar adapun pengelompokan macam-macam aqad, antara lain:
1.
Akad
menurut tujuannya, yaitu:
Ø
Akad Tabarru, yaitu
akad yang dimaksudkan untuk menolong dan murni semata-mata karena mengharapkan
ridha dan pahala dari Allah SWT. Atau dalam redaksi lain akad Tabarru
(gratuitous countract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut nonprofit
transaction (transaksi nirlaba). Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah:
Hibah, Wakaf, Wasiat, Ibra’, Wakalah, Kafalah, hawalah, rahn,dan qirad.
Ø
Akad Tijari, yaitu akad
yang dimaksudkan untuk mencari dan mendapatkan keuntungan dimana rukun dan
syarat telah telah dipenuhi semuanya. Atau dalam redaksi lain akad Tijari
(conpensational contract) adalah segala macam perjanjian yang menyangkut for
profit transaction. Akad yang termasuk dalam kategori ini adalah: Murabahah,
Salam, Istishna’ dan Ijarah Muntahiyah bittamlik serta mudharabah dan musyarakah.
2.
Akad Menurut Keabsahannya, Yaitu:
Ø
Akad Sahih (Valid
Contract) yaitu akad yang memenuhi semua rukun dan syaratnya. Akibat hukumnya
adalah perpindahan barang misalnya dari penjual kepada pembeli dan perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada penjual.
Ø
Akad Fasid (Voidable
Contract) yaitu akad yang semua rukunnya terpenuhi, namun ada syarat yang tidak
terpenuhi. Belum terjadi perpindahan barang dari penjual kepada pembeli dan
perpindahan harga (uang) dari pembeli kepada penjual. Sebelum adanya usaha
untuk melengkapi syarat tersebut. Dengan kata lain akibat hukumnya adalah
Mauquf (terhenti dan tertahan untuk sementara).
Ø
Akad Bathal (Void
Contract) yaitu akad dimana salah satu rukunnya tidak terpenuhi dan otomatis syaratnya
juga tidak dapat terpenuhi. Akad sepeti ini tidak menimbulkan akibat hukum
perpindahan harta (harta/uang) dan benda kepada kedua belah pihak.
3.
Akad
Menurut Namanya
Ø
Akad bernama (al-u`qud al-musamma) Yang
dimaksud dengan akad bernama ialah akad yang sudah ditentukan namanya oleh
pembuat hukum dan ditentukan pula ketentuan-ketentuan khusus yang berlaku
terhadapnya dan tidak berlaku terhadap akad yang lain. Para fukaha berbeda pendapat tentang jumlah akad bernama.
Salah satu contoh menurut al-Kasani (w 587/1190) aqad bernama meliputi sebagai berikut:
al-ijarah, al-istishna, al-bai`, al-kafalah, al-hiwalah, al-wakalah,
ash-shulh, asy-syirkah, al-murabahah, al-mudharabah, al-hibah, ar-rahn,
al-muzara`ah, al-mutsaqah, al-wadhi`ah, al-a`riyah, al-qismah, al-washaya,
al-qardh.
Ø
Aqad tidak
bernama(al-`uqud gair al-musamma), akad tidak bernama
adalah akad yang tidak diatur secara khusus dalam kitab-kitab fiqh dibawah satu
nama tertentu. Dalam kata lain, akad tidak bernama adalah akad yang tidak
ditentukan oleh pembuat hukum namanya yang khusus serta tidak ada pengaturan
tersendiri mengenainya. Contoh akad tidak bernama adalah perjanjian,
penerbitan, periklanan, dan sebagainya.
4.
Akad
Menurut
Kedudukannya
Ø
Akad Pokok (al-‘aqd
al-ashli) adalah akad yang berdiri sendiri yang keberadaannya tidak tergantung
kepada suatu hal lain. Seperti: akad jual beli, sewa-menyewa, penitipan, pinjam
pakai, dan seterusnya.
Ø
Akad asesoir (a-‘aqd
at-tabi’) adalah akad yang keberadaannya tidak berdiri sendiri, tetapi
tergantung kepada suatu hak yang menjadi dasar ada dan tidaknya atau sah dan
tidak sahnya akad tersebut. Seperti: penanggungan (al-kafalah) dan akad gadai
(ar-rahn).
5.
Akad
Dari
Segi Unsur Tempo Di Dalam Aqad
Ø
Akad bertempo (al-‘aqd
az-zamani) adalah akad yang di dalamnya unsur waktu merupakan unsur asasi,
dalam arti unsur waktu merupakan bagian dari isi perjanjian. Seperti: akad
sewa-menyewa, akad penitipan, akad simpan pakai, dan sebagainya.
Ø
Akad
tidak bertempo (al-‘aqd al-fauri) adalah akad dimana unsur waktu tidak merupakan
bagian dari isi perjanjian. Akad jual beli, misalnya, dapat terjadi seketika
tanpa perlu unsur tempo sebagai bagian dari akad tersebut.
6.
Akad
Dari
Segi Unsur Tempo Di Dalam Aqad
Ø
Akad konsesual (al-`aqd ar-radha`i) Akad
konsensual dimaksudkan jenis akad yang untuk terciptanya cukup berdasarkan pada
kesepkatan para pihak tanpa diperlukan formalitas-formalitas tertentu. Yang
termasuk akad konsensual seperti
jual beli, sewa menyewa, dan utang piutang.
Ø
Akad formalitas(al-`aqd asy-syakli), Akad
formalitas adalah akad yang tunduk kepada syarat-syarat formalitas yang
ditentukan oleh pembuat akad, apabila syarat-syarat itu tidak terpenuhi akad
tidak sah. Misalnya adalah akad di luar lapangan hukum harta kekayaan, yaitu
akad nikah dimana diantara formalitas yang disyariatkan adalah kehadiran dan
kesaksian dua orang saksi.
Ø
Akad riil (al-`aqd al-`aini), Akad
riil adalah akad yang untuk terjadinya diharuskan adanya penyerahan tunai objek
akad, dimana akad tersebut belum terjadi dan belum menimbulkan akibat hukum
apabila belum dilaksanakan. Ada lima macam akad yang termasuk dalam kategori
akad jenis ini, yaitu hibah, pinkam pakai, penitipan, kredit (utang), dan akad
gadai. Dalam kaitan dengan ini terdapat kaidah hukum Islam yang menyatakan
”Tabaru’ (donasi) baru terjadi dengan pelaksanaan riil” (al yatimmu at-tabarru` illa bi qabdh).
7.
Dilihat
dari segi dilarang atau tidak dilarangnya oleh syara’
Ø
Akad masyru’ adalah
akad yang dibenarkan oleh syara’ untuk dibuat dan tidak dilarang untuk
menutupnya, seperti akad-akad yang sudah dikenal luas semisal jual beli, sewa
menyewa, mudharabah, dan sebagainya.
Ø
Akad terlarang adalah
akad yang dilarang oleh syara’ untuk dibuat seperti akad jual beli janin atau
akad yang bertentangan dengan ahlak Islam (kesusilaan) dan ketertiban umum
seperti sewa menyewa untuk melakukan kejahatan.
8.
Akad
menurut dari mengikat dan tidak mengikatnya
Ø
Akad mengikat (al-‘aqd
al-lazim) adalah akad dimana apabila semua rukun dan syaratnya telah terlaksana
maka akad tersebut akan mengikat secara penuh dan masing-masing pihak tidak
dapat membatalkannya tanpa perssetujuan pihak lain. Akan ini dibedakan lagi
menjadi dua macam yaitu: Pertama, akad mengikat kedua belah pihak seperti akad
jual beli, sewa menyewa dan sebagainya. Kedua, akad mengikat satu pihak, yaitu
akad dimana salah satu pihak tidak dapat membatalkan perjanjian tanpa
persetujuan pihak lain, akan tetapi pihak lain dapat membatalkan tanpa
persetujuan pihak pertama seperti akad kafalah (penanggungan) dan akad gadai (ar-rahn).
Ø
Akad tidak mengikat
adalah akad pada masing-masing pihak dapat membatalkan perjanjian tanpa persetujuan
pihak lain. Akad ini dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) akad yang memang sifat
aslinya tidak mengikat (terbuka untuk di-faskh), seperti akad Wakalah(pemberi
kuasa), syirkah (persekutuan) dan sebagainya. (2) akad yang tidak mengikat
karena didalamnya terdapat khiyar
bagi para pihak.
9.
Akad
menurut dapat dilaksanakan atau tidak dapat dilaksanakan
Akad Nafiz adalah akad
yang bebas dari setiap faktor yang menyebabkan tidak dapatnya aqad tersebut.
Akad
Mauquf adalah kebalikan dari akad nafiz, yaitu akad yang tidak dapat secara
langsung dilaksankan akibat hukumnya sekalipun telah dibuat secara sah, tetapi
masih tergantung (mauquf) kepada adanya retifikasi (ijasah) dari pihak
berkepentingan.
10.
Akad menurut
tanggungan
Ø
‘aqd adh-dhaman adalah akad yang mengalihkan
tanggungan resiko atas kerusakan barang kepada pihak penerima pengalihan
sebagai konsekuensi dari pelaksanaan akad tersebut, sehingga kerusakan barang
yang telah diterimanya melalui akad tersebut berada dalam tanggungannya
sekalipun sebagai akibat keadaan memaksa.
Ø
‘aqd al-‘amanah adalah akad dimana barang yang
dialihkan melalui barang tersebut merupakan amanah dari tangan penerima barang
tersebut, sehingga dia tidak berkewajiban menanggung resiko atas barang
tersebut, kecuali kalau ada unsur kesegajaan dan melawan hukum. Termasuk akad
jenis ini adalah akad penitipan, akad pinjaman, perwakilan (pemberi kuasa).
Djamil
Fathurrahman, Hukum Perjanjian
Syariah, dalam Kompilasi Hukum Perikatan oleh Mariam Darus Badrul Zaman,
(Bandung, PT Cipta Adiya Bhakti: 2001), hal. 71-78