BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Salah satu karakter Islam adalah sifatnya yang dinamis. Hal tersebut tampak
dari keluasan ajaran-ajarannya yang dapat dipakai oleh siapa pun, di mana pun,
dan kapan pun. Secara historis,
Islam pada mulanya memang turun
di masyarakat Arab. Namun demikian pada dasarnya Islam bukanlah untuk
masyarakat Arab saja, akan tetapi Islam turun untuk memberi pencerahan bagi
seluruh alam hingga hari kiamat. Berkenaan dengan hal tersebut, timbul
permasalahan karena setting masyarakat selalu berbeda dari satu waktu ke waktu yng
lain. Sedangkan Islam dituntut untuk dapat selalu up to date dengan setiap masyarakat yang ada. Dengan demikian diperlukan adanya
reinterpretasi terhadap sumber-sumber ajaran Islam agar dapat didialogkan
dengan setiap masyarakat yang dihadapinya.
Di Indonesia, Islam kembali menemukan momentum untuk bangkit setelah
Soeharto lengser dari kedudukannya. Para intelektual Islam menggunakan momen
keterbukaan yang ada untuk mendirikan partai-partai politik, ormas, publikasi
media, dan organisasi-organisasi payung untuk mengkoordinasikan
kegiatan-kegiatan yang dilakukan. Perkembangan Islam di Indonesia mengalami
kemajuan yang lebih cepat daripada masa sebelumnya. Dinamisasi Islam yang
terjadi tidak dapat dilepaskan dari munculnya para intelektual muda yang
mengenyam pendidikan barat. Sepulang dari barat, mereka berusaha menerjemahkan
pemikirannya dalam alam Indonesia yang majemuk.
Dalam menganalisa
dinamika dan perkembangan Islam di setiap tahap perkembangannya, kita tidak boleh
mengacuhkan kebenaran bahwa setiap dimanmika selalu berhubungan dan dipengaruhi
oleh dinamika sebelumnya. Uraian tentang perkembangan Islam pada Abad 21 merupakan rangkaian sejarah yang tidak akan terlepas dari perkembangan Islam pada
abad-abad sebelumnya, abad yang sering dinamakan dengan modernisasi,
pembaharuan dan sebagainya. Artinya rantai sejarah adalah mutlak mempengaruhi dinamika suatu hal termasuk Islam.
Bila kita melihat sekilas kembali kepada masa-masa keemasan
Islam, kita akan melihat bahwa hal tersebut merupakan dampak dari sejarah yang
terjadi pada masa sebelumnya. Hal serupa juga terjadi ketika Islam mengalami
keterpurukan, keterbelakangan pengetahuan, mobilitas dan moral ketika
masyarakat-masyarakat muslim di negara-negara Asia dijajah oleh negara-negara
Barat.
Apa yang terjadi dalam pada Islam pada abad 21 merupakan
dampak dari segala hal yang sangat komplek yang terjadi pada abad sebelumnya.
Munculnya isu-isu sekularisme, terorisme dan sebagainya yang ramai
diperbincangkan pada abad 21 merupakan rangkaian peristiwa yang tidak bisa
dilihat dari abad 21 saja. Artinya apa yang terjadi pada abad 21 merupakan
rangkaian peristiwa yang tidak bisa dilepaskan dari abad-abad sebelumnya. Namun
demikian, adalah menarik untuk mengkaji dinamika Islam pada abad 21. Makalah
ini akan mencoba mengupas dinamika dan perkembangan Islam pada abad 21.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang
diatas dapat dirumuskan beberapa rumusan masalah sebagai berikut
1.
Bagaimana perkembangan umat islam di abad 21?
2.
Bagaimana ketergantungan hubungan umat islam dengan barat?
3.
Apa dampak yang terejadi terjadi dengan memsuki abad ke 21?
C. TUJUAN PENELUSIAN
Berdasarkan rumusan
masalah diatas bahwa tujuan penyusunan makalah ini sebagai berikut
1.
Untuk mengetahui perkembangan umat islam pada abad 21
2.
Menelusuri tentang ketergantungan hubungan umat islam
terhadap barat
3.
Untuk mengehttuhui dampak dari perkembangan zaman.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Islam dan Isu
Globalisasi.
Secara tekstual sejak 14 abad yang lalu Alquran telah
menegaskan bahwa Islam adalah ajaran universal, dimana misi serta klaim
kebenaran ajarannya melampaui batas-batas suku, etnis, bangsa dan bahasa. Oleh
karenanya tidaklah mengherankan jika berbagai seruan Alquran banyak sekali
menggunakan ungkapan yang berciri kosmopolitanisme ataupun globalisme. Misalnya
saja banyak firman Allah yang memulai seruan-Nya dengan ungkapan "Wahai
manusia...." Lebih dari itu, karena Islam kita yakini sebagai agama
penutup, maka secara instrinsik jangkauan dakwah Islam mestilah mendunia, bukannya
agama suku, rasial dan parokhial sebagaimana agama-agama terdahulu yang hanya
dialamatkan pada suatu kaum tertentu.
Secara historis-sosiologis, baru abad sekarang ini umat Islam
semakin sadar bahwa Islam benar-benar tertantang memasuki panggung dakwah dan
percaturan politik yang berskala global, yang antara lain disebabkan oleh
revolusi teknologi transportasi dan informatika serta komunikasi. Ketika sistem
informasi dibantu dengan satelit, maka planet bumi seakan menjadi kecil.
Barangkali hampir seluruh sudut bumi ini, dapat dipotret oleh manusia dan dalam
waktu yang bersamaaan gambar dan berbagai penjelasan detailnya bisa
disebarluaskan ke seluruh penjuru dunia.
Masyarakat muslim ternyata keteteran menghadapi globalisasi
yang dicanangkan oleh negara-negara Barat. Masyarakat Muslim secara keseluruhan
tidak bisa mengimbangi laju budaya, informasi, politik dan ekonomi yang dibawa
oleh globalisasi.
Masyarakat-masyarakat Muslim pada abad 21 mengalami
keterpurukan bila dibandingkan dengan masyarakat-masyarakat lainya.
Ketinggalan-ketinggalan ini merupakan akibat dari perkembangan masyarakat yang
tidak dinamis-sekali lagi kejumudan pergerakan itu tentu saja merupakan dampak
dari berbagai hal yang terjadi pada masa sebelumnya-, tidak mampu berkompetisi
dengan masyarakat lainnya.
Globalisasi yang selalu berkonotasi informasi menguasai
segala bentuk kehidupan masyarakat dunia, baik kebudayaan, politik dan ekonomi.
Ketika Yahudi memasuki jalur Gaza dan mendirikan pemukiman di tanah Palestina,
media informasi yang berbasis di Amerika dan negara Eropa lainnya tidak
meyebutnya sebagai teoris. Terjadi kepincangan informasi dalam abad globalisasi
yang menyudutkan masyarakat Muslim.
Kepincangan informasi yang terjadi pada abad globalisasi
merupakan ketidak mampuan masyarakat muslim bersaing dengan masyarakat Barat
dalam teknologi informasi. Ketika pusat-pusat pendidikan teknologi di Barat
terus berkembang, pusat pendidikan Islam di Timur Tengah dan di tempat lainnya
masih berkutat dengan sejarah, pemikiran tokoh-tokoh terdahulu, perdebatan
tentang kehendak tuhan dan manusia, perdebatan tentang akal pertama hingga
ke-sepuluh, sistem pendidikan pada masa Abbasiyah dan sebagainya yang
menunjukkan bahwa masyarakat muslim hanya mampu bercerita zaman keemasan tanpa
bisa bersaing secara praktis di dunia nyata.
Jika kita ikuti berbagi jurnal, buku dan komentar para pakar
politik dan kebudayaan, setelah berakhirnya Perang Dingin antara Amerika
Serikat dan Uni Soviet, perhatian Barat terhadap Islam kelihatan semakin
meningkat, baik dalam kontrol positif maupun negatif. Para pengamat politik
internasional, di antara yang paling vokal adalah Samuel P Huntington,
mengatakan bahwa kini kontak yang intens antara Barat dan Islam muncul kembali
dan sisa-sisa benturan masa lalu ternyata masih laten. Tentu saja pernyataan
ini perlu dikaji ulang. Namun yang pasti adanya kebangkitan dunia Islam dan
kekhawatiran Barat terhadap dunia Islam merupakan kenyataan yang sulit di
ingkari.
B.
Dinamisasi Islam di
Indonesia di Awal Abad ke-21
Fakta bahwa Islam bukanlah penyebab
kemunduran umat muslim bukan berarti meniadakan perlunya reformasi pemahaman
Islam dewasa ini. Penekanan Islam pada aspek keadilan, persaudaraan, dan
toleransi serasa semakin melemah di
berbagai belahan masyarakat muslim, demikian halnya penekanan pada aspek
pembangunan karakter. Reformasi
pemahaman Islam bisa dilakukan melalui jalan dialog. Peran pemerintah dalam hal
ini seharusnya adalah hanya terbatas pada penciptaan iklim yang kondusif bagi
proses dialog. Hal ini akan menciptakan hubungan baik antara pemerintah dan
ulama serta rakyat Sayangnya, wacana
toleransi antar umat beragama yang dikawal secara rapi semasa kekuasaan Orde
Baru ternyata tidak mengakar pada masyarakat, karena tampaknya pendekatan yang
digunakan pada masa itu lebih bersifat politik. Jadi, toleransi dan kehidupan
harmonis yang dikonstruksi pada masa itu tidak mengakar dan menjadi kesadaran struktural tetapi lebih
dilakukan sebagai keharusan karena ada kontrol dan tekanan dari alat-alat
kekuasaan negara
Meskipun tidak dapat dipungkiri adanya
peningkatan kemunculan kelompok-kelompok radikal di Indonesia, Selain itu,
gaung kampanye nilai-nilai Islam yang substantif seperti pembasmian korupsi dan
pembelaan terhadap kaum miskin menyebar ke seluruh pelosok tanah air. Hal
tersebut menunjukkan bahwa kaum Muslim di Indonesia tidak ragu dalam menerima
dan menyerap nilai-nilai demokrasi yang
sudah sejak lama diperjuangkan tidak
hanya oleh para pendiri bangsa tapi juga organisasi Islam yang terus menggagas
Islam yang kontekstual, yaitu yang mampu merespon secara positif persoalan masa
kini.
Islam di Indonesia mempunyai
karakteristik yang berbeda dengan Islam Timur Tengah. Sejak awal kedatangannya,
Islam di Indonesia mengalami proses akulturasi dengan kepercayaan purba, pra Islam,
dan sosio-kultural setempat. Sejak abad ke-17 para intelektual Muslim telah
menanamkan benih-benih Islam progresif atau yang sekarang sering disebut Islam
kontekstual (moderat). Hal yang juga tidak kalah penting adalah Islam di
Indonesia tidak terbelenggu oleh romantisme kejayaan masa silam.
C. Dinamika Sosial Islam
1. Agama
Berbicara tentang
dinamika keagamaan yang muncul dan mencuat dalam masyarakat muslim khususnya di
Indonesia, kita tidak bisa mengindahkan fenomena-fenomena munculnya nabi-nabi
palsu. Fenomena-fenomena kemunculan oknum yang mengaku dirinya sebagai nabi
sampai saat ini hanya terdengar di Indonesia. Orang Indonesia yg mengaku
dirinya sebagai nabi adalah sebagai berikut:
a.
Ali Taetang, berasal dari Banggai pada tahun 1956 ali taetang
mendirikan aliran alian Imamullah. Aliran ini didirikan Haji Ali Taetang Likabu
di Dusun Sampekonan, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai Kepulauan, Sulawesi
Tengah. Tak ada data pasti jumlah pengikutnya tetapi diduga ribuan orang
menjadi anggotanya dan tersebar di seluruh Indonesia. Sebelumnya di daerah ini
masyarakat menganut animisme, dinamisme, dan mistik. Secara umum ajaran Alian
Imamullah sama dengan Islam tetapi paham ini mempunyai dua penyimpangan pokok
yakni kepercayaan terbukanya pintu kenabian setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW
sehingga Ali Taetang menyebut diri nabi. Kedua, dia mengubah syahadat rasul.
b.
Zikrullah Aulia Allah, berasal dari Sulawesi Tengah.
Zikrullah Anak kedua dari istri kedua Taetang ini mengaku mendapat wahyu
tentang kenabian melalui mimpi. Aliran Zikrullah Aulia Allah baru berdiri pada
29 Agustus 2004 lalu. Aliran ini merupakan versi terbaru dari aliran Alian
Imamullah yang didirikan ayahnya, Ali Taetang Likabu pada 1970-an. Pada saat
pendirian aliran itu, Zikrullah mengumumkan kenabiannya di atas mimbar Masjid
Barokah, Dusun Sampekonan, Desa Labibi, Kecamatan Liang, Kabupaten Banggai
Kepulauan. Saat itu, Zikrullah mengaku telah diangkat Allah menjadi nabi
meneruskan almarhum ayahnya Ali Taetang Likabu yang juga mengaku sebagai nabi.
c.
Dedi Mulyana alias Eyang Ended, berasal dari Banten. Nabi
palsu ini sebenarnya malah dukun cabul. ajaran eyang model ajaran agama yang
memastikan tentang kiamat dan membolehkan seks bebas.
d.
Lia Eden,dengan sekte kerajaan Tuhan berasal dari Jakarta.
Lia yang pintar menggubah puisi mengaku mendapat wahyu dari malaikat Jibril.
e.
Ahmad Moshaddeq berasal dari Jakarta mengaku dirinya mendapat
perintah dari Allah untuk menyatakan kerasulannya dan memurnikan ajaran Musa,
Isa dan Muhammad atau Din Al-Islam melalui mimpi setelah bertapa selama 40 hari
40 malam di salah satu villanya di Gunung Bunder, Bogor pada 23 Juli 2006.
Fenomena-fenomena
munculnya nabi palsu ini menunjukkan betapa terbelakangnya pengetahuan
keagamaan umat Islam. Selain itu, fenomena ini juga menunjukkan adanya
kerinduan tokoh sentral dalam Islam yang mampu membawa perubahan yang
signifikan bagi kehidupan ummat Muslim. Selain fenomena nabi palsu, pertikaian
aliran-aliran dalam Islam juga masih sering terjadi. Di Iran, kontak fisik
antara penganut Syi’ah dan Sunni masih terdengar di berita hingga sekarang ini.
2.
Ketegangan Hubungan
Islam dan Barat.
Ketika kita mencermati keseluruhan sisi konfrontasi antara
Islam dan Kristen pada Abad pertengahan, menjadi jelas buat kita bahwa pengaruh
Islam atas dunia Kristen Eropa lebih besar ketimbang yang selama ini kita
sadari. Bersama-sama Islam, Eropa barat tidak saja menikmati produk-produk
material dan temuan-temuan teknologi: Islam bukan saja mendorong tumbuhnya
intelektualisme Eropa, dalam lapangan-lapangan ilmu pengetahuan dan filsafat.
Di samping itu Islam telah mendorong Eropa untuk membentuk citra baru mengenai
dirinya sendiri.
Walaupun mempunyai akar teologis yang sama dan terjadi
interaksi selama berabad-abad, hubungan Islam dengan Barat seringkali ditandai
dengan saling tidak tahu, saling memberi stereotype, menghina dan konflik.
Ketegangan yang paling menonjol dan mempunyai dampak yang
berlarut-larut bagi hubungan Islam-Barat adalah Perang Salib. Bagi kaum Muslim
misalnya, kenangan mengenai Perang Salib itu tetap hidup dan menjadi
representasi Kristen militan yang menendai awal agresi dan imperialisme Barat
Kristen, kenangan yang hidup akan permusuhan awal Kristen terhadap Islam.
Ketegangan hubungan ini kemudian diperparah oleh situasi
konflik di kawasan Timur Tengah. Dalam pertikaian antara negara-negara Arab
melawan Israel pada tahun 1968, Barat secara kasatmata memberikan dukungan
terhadap Israel, suatu langkah yang semakin menumbuhkan kebencian Arab (Islam)
terhadap Barat.
Di sisi lain, masih banyak juga kalangan umat Islam yang
beranggapan bahwa sampai saat ini Perang Salib belum berakhir. Perang yang
dilakukan negara-negara Barat melawan Irak, kekerasan yang dilakukan pada kaum
muslim di Bosnia dan Chechnya, penerapan sanksi terhadap Libya, memberikan
kesan yang kuat pada umat Islam bahwa Perang Salib masih berlangsung.
Karena itu, Presiden AS, George Walker Bush, pun -entah
disengaja atau tidak, atau lantaran merespon pernyataan Osama--menyatakan bahwa
perang melawan teroris merupakan crusades (Perang Salib).
Pandangan serta sentimen negatif antara kedua pihak
menyebabkan rasa permusuhan yang terpendam. Implikasi dari kondisi semacam ini
akan melahirkan prasangka buruk yang sering menjadi hambatan bagi perbaikan
hubungan di antara keduanya.
Meskipun agama Islam menurut Al-Quran mengajarkan tentang
dirinya sebagai kelanjutan dan perkembangan agama Kristen, kaum Kristen tidak
dapat menerima, dan tetap memandang Islam sebagai agama baru dan tampil sebagai
tantangan kepada Kristen. Demikian juga sbaliknya, meskipun Kristen juga Yahudi
disebut dalam Al-Quran sebagai “Ahli Kitab” yang memeluk agama nabi-nabi
terdahulu, umat Islam menganggap kedua agama itu telah diselewengkan dan sudah
jauh dari perspektif agama yang hanif sebagaimana disebutkan Al-Quran.
Kekalahan politik umat Islam yang berdampak pada hubungan
Islam-Barat yang tak seimbang, telah mendatangkan blessing in disguise (rahmat
terselubung) berupa tumbuhnya kesadaran untuk kembali mengembangkan agamanya
melalui pengembangan budaya dan ilmu pengetahun. Maka belakangan ini telah
muncul pusat-pusat Islam di berbagai negara-negara Barat.
Pusat-pusat Islam, ditambah migrasi sejumlah kaum Muslim ke
negara-negara Barat, dalam beberapa tahun terakhir, telah mendorong tumbuhnya
populasi Islam di berbagai negara Eropa sehingga Islam sudah berkembang menjadi
agama terbesar kedua setelah Kristen dan menjadi agama dengan kemungkinan
perkembangan terbesar. Di negeri Belanda yang berpenduduk sekitar 15 juta jiwa,
misalnya, dalam waktu 10 tahun ke depan diperkirakan jumlah kaum Muslim sudah
akan menyamai jumlah penganut agama Kristen.
Perkembangan positif dari populasi Islam ini, telah
memunculkan upaya-upaya dialog yang konstruktif antara Islam dan Barat. Di
negara-negara Eropa, dan juga di Amerika, dialog antara Islam dan Barat terus
bergulir dalam berbagai format. Substansinya tetap, mencari titik-titik temu di
antara dua peradaban besar itu, agar para pendukungnya dapat terus bergandengan
tangan dan bekerja sama untuk meraih masa depan yang lebih cemerlang.
Baik Islam maupun Barat tampaknya sudah menyadari bahwa
ekspansi militer, sebagaimana yang dilakukan imperium Islam pada abad
pertengahan, dan oleh Barat terhadap negeri-negeri Muslim pada abad ke-19 dan
ke-20, telah mewariskan dendam kesumat yang berkepanjangan. Dan, bangsa-bangsa
Barat sekarang ini, tentunya tak mau negeri-negeri mereka yang makmur kembali
bersimbah darah gara-gara perang bernuansa ras dan agama, seperti yang kini
masih terjadi di berbagai tempat lain di dunia, termasuk di Indonesia.
.
3. Pendidikan
Adalah susah untuk
menjelaskan bagaimana dinamika pendidikan Islam berkembang pada abad 21,
kecuali hanya sebatas opini-opini, karena abad 21 memang baru saja dimulai.
Kita hanya bisa memperkirakan bagaimana dinamika pendidikan Islam nantinya.
Namun dapat
dikatakan bahwa apabila pendidikan Islam hanya berkutat pada masalah romatisme
kemenangan Islam pada masa lampau, maka masyarakat muslim pada abad 21 tidak
akan jauh berbeda kondisinya dengan kondisi satu hingga dua abad silam. Di
lingkaran pendidikan Islam, kita sering mendapatkan kajian tentang bagaimana
konstribusi Islam atas kejaan Barat, tanpa memikirkan bagaimana sebaliknya.
Pendidikan Islam-layaknya sekarang ini-akan bercorak pendidikan masyarakat yang
lebih maju seperti pada masyarakat Eropa.
4. Masyarakat Sosial dan Budaya
Salah satu akibat
dari globalisasi adalah interaksi budaya. Pertukaran budaya yang dibatasi oleh
batas-batas negara merupakan salah satu aspek yang sering dan bahkan lazim
dalam hubungan dua kebudyaan yang berbeda. Pada abad ke-20, Media massa secara
sederhana telah menjadi alat imperialisme kultural, yang sebelumnya dilakukan
melalui interaksi perorangan seperti melalui perdagangan, missi relijius, misi
diplomatis dan perdagangan, penaklukan, pembelian teroterial dan pemberian hadiah,
juga akan membawa kultur dominan kepada kultur minoritas di daerah tersebut.
Dengan melihat ke
belakang, seperti pada awal tahun 1972, diadakanlah conferrensi Unesco yang
merupakan bentuk perhatian dalam hal dominasi media Barat dalam membentuk opini
dunia. Kemampuan media massa untuk diserap oleh masyarakat merupakan salah satu
bentuk hegemoni Barat di masa lalu, hal ini diidentifikasi sebagai sumber utama
dominasi kultural Barat atas Timur yang ini kemudian mengkibatkan munculnya
detoriorasi nilai kebudaayaan dalam masyarakat dunia dunia ke-tiga.
Maraknya
sajian-sajian budaya dan gaya hidup yang disajikan kepada masyarakat muslim
menyebabkan masyarakat Muslim pada abad 21 seolah kehilangan identitas
kebudayaannya. Media massa internasional yang berhasil menyentuh
masyarakat-masyarakat di lain benua tidak hanya menyajikan politik akan tetapi
juga gaya hidup dan kebudayaan.
Pengaruh kebudayaan
Barat terhadap Islam tidak terbatas kepada kelompok-kelompok khusus masyarakat
akan tetapi semua lapisan, akademis, ulama, anak-anak, remaja maupun dewasa,
dalam hal berkomunikasi, bertindak, berpakaian dan berpikir.
Di dalam tataran
masyarakat, identitas kebudayaan Islam dikalahkan oleh identitas kebudayaan
Barat. Konten-konten kebudayaan Islami nampaknya hanya bisa bertahan dalam
tingkat kehidupan personal masyarakat Muslim atau paling tidak di dalam
keluarga.Kebudayaan keTimuran yang sering dikatakan sebagai kebudayaan Islam
tidak mampu bersaing dan bertahan di dalam diri masyarakat muslim.
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kajian menarik dinamika perkembangan Umat Islam abad 21 terfokus kepada beberapa
isu yang mencuat dalam Islam dan di luar kalangan Islam yang terkait dengannya,
seperti isu terorisme, ketegangan hubungan antara Islam dengan Barat, dominasi
Barat atas Islam dalam ekonomi, politik dan kebudayaan. Isu penting lainnya
yang menjadi sorotan pemerhati perkembangan Islam khususnya dalam hubungannya
dengan Barat adalah media informasi yang menjadi sarana dan perluasan ide-ide
dan kebudayaan Barat.
Tampaknya,Umat Islam harus berusaha keras untuk bisa
menghadapi abad 21 yang penuh dengan tantangan teknologi dan informasi global
yang mengalir tidak seimbang. Kegagalan ummat muslim dalam berkompetisi dengan
masyarakat lainnya merupakan dampak dari stagnasi pemikiran dan pergerakan Islam
pada abad-abad sebelumnya
B.
Saran
Saya sadar bahwa dari mulai proses penyusunan makalah
sampai berwujud makalah seperti ini terdapat banyak sekali kekurangan baik
yang tekstual maupun kontekstual. Dari itu kami sangat mengharapkan
partisipasi dari teman-teman atau pembaca, dengan memberikan saran dan
kritik terhadap kekurangan saya. Tentunya hal tersebut sangat berguna bagi
saya dalam meningkatkan pengetahuan saya. Dan saya ucapkan terimakasih.